SD. Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, Gedung Millenium Source: klikmu.co |
Selamat malam! Udah
lama banget nggak nge-post blog lagi. Kali ini, saya mau cerita sedikit tentang
pengalaman saya menjalani tes sebagai Guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah
dasar swasta bagus dan terkenal di Surabaya. Let’s talk further!
Nb (1): saya merupakan lulusan Sastra Inggris, peminatan Linguistics, Universitas Airlangga, angkatan 2013 yang lulus pada bulan Januari 2018.
Nb (1): saya merupakan lulusan Sastra Inggris, peminatan Linguistics, Universitas Airlangga, angkatan 2013 yang lulus pada bulan Januari 2018.
Nb (2): pada tes,
wawancara, dan microteaching yang telah saya lakukan selama 2 hari, saya
dinyatakan gagal hehehe. Tapi ada cerita berkesan dibaliknya dan mungkin bisa
sebagai gambaran untuk teman-teman, apa aja sih tes yang harus dilewati jika
kita ingin menjadi guru selain microteaching itu.
Back in 2019, tepat nya
tanggal 22 Juni kurang lebih jam 22.00, tiba-tiba saya mendapat pesan melalui
whatsapp yang berisi bahwa saya lolos berkas administrasi untuk melamar sebagai
Guru SD mata pelajaran Bahasa Inggris di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya.
Lebih tepat nya, SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya sendiri adalah SD saya
sendiri. Iya, saya merupakan lulusan SD Muhammadiyah 4 yang lulus tahun 2006. Alasan
saya mengirim berkas untuk posisi Guru Bahasa Inggris karena memang status saya
sebagai job seeker dan kebetulan SD saya sendiri sedang membuka lowongan,
jadilah saya iseng untuk mengirim berkas tanpa ber-ekspektasi apapun. To be
honest, saya tidak ada pikiran untuk menjadi Guru apalagi Guru Bahasa Inggris.
Namun, tidak ada salahnya untuk mencari peluang siapa tau rejeki.
Karena saya melamar
pekerjaan di SD saya sendiri, otomatis resiko yang harus saya terima adalah
saya harus bertemu dengan Guru-Guru saya yang pada saat itu saya berpikir “apa
mereka masih ingat sama saya?” perasaan saya yang pasti deg-deg an karena
hendak menjalani tes, tapi disisi lain, saya juga excited karena bisa main lagi
ke SD setelah sekian lama dan bertemu lagi dengan Guru-Guru saya.
Tanggal 24 Juni 2019,
merupakan hari pertama tes. Saya sampai di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya
kurang lebih pukul 07.00 dari waktu tes yang dijanjikan (pukul 07.30). Tes
diadakan di lantai 3 Gedung Millenium, persis di sebelah SD Muhammadiyah 4 (Nb:
saya lupa nama gedung nya, seingat saya namanya Gedung Millenium yang merupakan
pusat informasi dan administrasi sekolah, kantor kepala sekolah, perpustakaan,
dsb. Nanti kalau saya ingat, saya akan edit nama gedung nya). Setelah masuk
Gedung, kita diharuskan untuk absen berdasarkan posisi yang kita lamar. Setelah
absen, semua nya duduk di kursi yang telah disediakan, dan mendengarkan
sambutan dari penanggung jawab acara (Bapak Marsudidono, Guru Matematika saya
dulu), dan Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 4 (Bapak Syaiqul Islam).
Setelah sambutan
selesai, tes pertama pun dimulai, yaitu tes tulis. Tes tulis ini berisi tes
pengetahuan umum; seperti matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa
Indonesia, dan PPKN. Serta pengetahuan agama; seperti Aqidah, Ibadah, Bahasa
Arab, dan Kemuhammadiyahan. Tes tulis sendiri diadakan kurang lebih 90 menit. Setelah selesai tes
tulis, ada lagi tes yang dinamakan tes praktik. Tes ini lebih tepatnya sangat
mirip dengan ujian praktik saya ketika SD. Bedanya, sekarang tes ini
diberlakukan untuk para pencari kerja, jadi lebih professional. Tes tersebut
terdiri dari
- Tes membaca Al-Qur’an dan menebak tajwid/hukum bacaan
- Tes berbicara dalam Bahasa Arab (hanya formalitas)
- Tes berbicara dalam Bahasa Inggris [ kita akan berbicara menggunakan Bahasa Inggris, pertanyaan yang diajukan dari pelamar satu ke pelamar lainnya tidak akan sama, But the same question (maybe) could you please explain to us why you applied as English Teacher (misalnya) ]
- Tes komputer, berupa Microsoft excel, menggunakan rumus IF untuk meng-input nilai rapot. FYI, disini saya mengerjakan secara manual karena saya lupa rumus IF. Jujur malu tapi mau bagaimana lagi daripada kosongan. Jangan ditiru ya :’)
- Tes surat pendek, saya lupa saya dapat surat apa, yang jelas sangat mudah karena Juz 30
- Tes doa sehari-hari, saya juga lupa saya dapat doa apa, yang jelas sangat mudah juga
- Tes praktik Wudhu (tidak dengan air sungguhan, tayamum)
- Tes praktik sholat dua raka’at beserta bacaan nya (bacaan sholat yang paling penting), Btw gerakan nya juga penting sih hehehe
Nah, ke 9 tes diatas
(termasuk tes tulis) merupakan tes hari pertama. Tes diadakan mulai pukul 08.00
sampai sekitar jam 14.30, sampai jam mau Sholat Ashar. Dan pada saat istirahat
siang, kita dipersilahkan untuk Sholat Dhuhur dan makan dengan makanan yang
telah disediakan oleh panitia. What a treat! Seneng banget waktu itu hehe
ditambah bisa kenal deket juga sama peserta tes karena kita sama-sama kumpul
bareng.
FYI, tes menjadi Guru
di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini terdiri dari tahapan yang saya bilang
agak panjang dan sangat selektif. Urutan nya sebagai berikut (seingat saya):
Tes tulis à
Tes praktik à
Wawancara dengan pengurus sekolah (termasuk Kepala Sekolah) à
Microteaching à
Tes Psikotes à
dan yang terakhir ini saya lupa. Antara setelah psikotes keterima atau bakal ada
tes lagi atau bakal di-rapat-kan kembali.
Setelah teman-teman
lolos semua pada tahapan diatas dan dinyatakan diterima, teman-teman disini
tidak langsung menjadi guru tetap. Istilahnya apa ya, guru honorer?
Kontemporer? Maafkan saya lupa istilah nya hehehe. Yang jelas, bakal terikat
dengan kontrak juga selama beberapa tahun (kalau nggak salah lebih dari 4
tahun) dan nanti jika keluar sebelum waktu yang ditentukan, bakal ada apa gitu
saya lupa. Saya sempat berpikir bahwa tes sebagai Guru di SD Muhammadiyah 4 ini
benar-benar sangat selektif karena tidak langsung berstatus menjadi Guru tetap.
Padahal, ada teman saya yang juga diterima menjadi Guru di SD Muhammadiyah
lainnya (saya lupa, pokoknya berlokasi di dekat Kampus C Universitas Airlangga)
yang langsung menjadi Guru tetap dan tidak terikat kontrak jika ingin resign.
Namun, saya memaklumi karena walaupun sama-sama sekolah Muhammadiyah, semuanya
memiliki kebijakan masing-masing.
Ok back to topic!
Setelah saya menyelesaikan semua tes di hari pertama, panitia berpesan jika
nanti kita dihubungi via whatsapp, berarti kita lolos ke tes selanjut nya (tes
wawancara + microteaching) keesokan hari nya, dan jika kita tidak dihubungi
sama sekali, berarti kita gagal di tes pertama.
Pada saat perjalanan
pulang, saya berpikir “ah ini paling nggak lolos buat tes besok, soalnya aku
tadi ngerjain tes komputer bener-bener ngawur dan waktu ditanyain tajwid/hukum
bacaan, bener-bener lupa”. Namun, kurang lebih jam 17.00, saya mendapat pesan
whatsapp yang menyatakan kalau saya lolos untuk tes kedua yang diadakan
keesokan harinya. Perasaan saya pada waktu itu yang pasti senang, dan deg-deg
an karena besok harus microteaching untuk pertama kalinya dalam hidup saya.
Buat saya, tekanan
berbicara didepan umum itu bakal beda-beda tergantung dengan kondisi. Berbicara
di depan umum dan sidang skripsi mungkin menjadi hal yang sangat bisa saya
lakukan dengan lancar. Namun, microteaching sendiri mempunyai pressure
tersendiri buat saya, karena audience nya yaitu guru-guru saya sendiri yang
harus bisa kita kondisikan sebagai murid, apalagi saya bakal mengajarkan
sesuatu kepada mereka. Jujur, pada saat itu, microteaching benar-benar menjadi
beban buat saya karena saya tidak pernah mendapat materi tentang proper
microteaching selama kuliah, hanya pernah terjun langsung untuk PKL di Sekolah
Menengah Pertama. Jadi, saya tidak punya ilmu sama sekali dalam membuat RPP
(rancangan pembelajaran) yang sesuai standard itu seperti apa. Benar-benar
mengandalkan google sebagai bantuan. Maklum, karena saya bukan berasal dari
jurusan pendidikan, jadi tidak dapat materi tersebut selama perkuliahan.
Esok hari nya, tanggal
24 Juni 2019, merupakan tes kedua. Saya baru sadar jika tes kedua ini, peserta
yang diambil per Guru mata pelajaran sangat sedikit. Guru Bahasa Inggris yang
ikut di tes pertama kurang lebih ada sekitar puluhan. Namun, di tes kedua ini,
hanya menyisakan 6 orang termasuk saya. Tes kedua dimulai kurang lebih sekitar
pukul 07.30. Setelah sampai, semua peserta dikumpulkan di ruang rapat Gedung Millenium
untuk mendapatkan briefing dari ketua penyelenggara (Bapak Marsudidono). Tepat
pukul 08.00, semua peserta disebar ke beberapa ruangan untuk melakukan
interview.
Jadi teknisnya,
interview ini terdiri dari bermacam-macam topik yang berbeda. Tidak hanya 1
interview, tetapi beberapa interview. Mohon maaf karena sesi interview ini saya
tidak bisa menjelaskan lebih jauh karena saya benar-benar lupa. Yang jelas,
bakal ada beberapa ruangan yang disediakan. Dan dari semua ruangan yang
disediakan itu, kita harus masuk ke semua ruangan untuk melakukan interview
dengan orang dan topik yang berbeda, termasuk interview langsung dengan kepala
sekolah. Hal yang bisa saya jelaskan dari interview ini adalah, kita bakal
ditanya tentang komitmen kita bekerja, komitmen kita bergabung sebagai kader
Muhammadiyah, sejauh apa kita mengenal tentang sekolah Muhammadiyah, kemampuan
mengajar kita, dan lain sebagai nya. Tentunya, setiap individu akan diberikan
pertanyaan yang tidak sama, tetapi intinya tetap sama. Dan ada 1 interview yang
diadakan dengan menggunakan Bahasa Inggris.
Saya pribadi melakukan
interview ini lebih ke cerita dan ngobrol. Karena saya merupakan alumni SD
Muhammadiyah 4. Dan kebanyakan Guru-Guru yang hadir untuk melakukan tes kepada
peserta, masih mengenal saya dengan baik. Jadi, setiap memasuki ruang
interview, hal pertama yang saya dapatkan (termasuk dari Kepala Sekolah) adalah
“lho Abi, kenapa kamu ngelamar disini?” (padahal di hari pertama udah ketemu,
saling kaget, dan saling sapa wkwkwk) dan berujung ngobrol, bertanya hal
pribadi, nostalgia, dan akhirnya baru berbicara tentang topik wawancara. Saya
berhasil melakukan semua wawancara dengan sangat baik sekali menurut saya. Dan
menjadi peserta sekaligus alumni sangat membantu saya untuk tidak grogi karena
jatuhnya bukan seperti tes, tetapi seperti ngobrol dengan Guru yang sudah lama
tidak bertemu, benar-benar sangat berkesan sekali buat saya :’)
Setelah melakukan semua
tes wawancara, sampailah saya di tes selanjutnya, yaitu tes microteaching. Tes
microteaching sendiri diadakan di SD Muhammadiyah 4 langsung, berbeda tempat dengan
tes tulis, praktik, dan wawancara. Jujur, saya sempat tidak ingin melakukan
microteaching dan merelakan semuanya karena saya benar-benar grogi dan tidak
percaya diri dengan RPP yang saya buat pada waktu itu. Ditambah, Guru yang akan
melakukan tes microteaching kepada saya ternyata adalah Guru yang tidak ingat
kepada saya dan sepertinya 2 Guru lainnya merupakan Guru baru setelah saya
lulus pada tahun 2006. Situasi pada saat itu benar-benar kurang menguntungkan
buat saya karena grogi. Akhirnya, suka tidak suka, saya tetap menghadiri tes
microteaching. Pada saat microteaching, ada 3 Guru yang akan memposisikan diri
mereka sebagai murid sekaligus yang menilai kita. Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, 3 Guru tersebut tidak mengenal saya sama sekali sebagai
alumni atau lupa hehehe. Akhirnya tidak ada basa-basi seperti pada tes
sebelumnya. For the addition, teknis tes microteaching ini bebas mau menggunakan
apa saja, seperti laptop atau alat peraga lainnya. Bakal disediakan proyektor
juga buat yang ingin menggunakan laptop. Yang paling penting, kita harus menyiapkan
RPP sebelum microteaching dan diberi waktu antara 5-10 menit untuk mengajar.
Sesuai perkiraan saya,
microteaching saya berlangsung hancur. Saya grogi dan kaku pada saat itu dan
tidak bisa berbuat apa apa kecuali menjelaskan dengan cepat seperti ngobrol
sendiri. RPP saya juga dikritik kalau kurang memenuhi standard. Apapun
alasannya, saya menerima itu semua karena memang saya tidak memberikan
microteaching yang maksimal. Microteaching ini bakal saya ingat-ingat selalu
sebagai pengalaman berharga saya, pertama kalinya mengajar di depan Guru.
Kredit juga untuk diri saya sendiri yang akhirnya memberanikan diri untuk masuk
ke dalam ruangan tes microteaching karena awalnya saya ingin berpura-pura untuk
sudah melakukan tes dan merelakan semuanya untuk diterima menjadi guru :’) Di
point ini, bukan berarti saya menyerah. Saya dari awal memang tidak ada
keinginan untuk menjadi Guru Bahasa Inggris. Namun, saya berhasil melangkah
jauh dengan “menyingkirkan” puluhan orang hingga jadi 6 orang. So, I’m proud of
myself at that time even though I failed. Saya suka mengajar, tapi tidak untuk
mengajar Bahasa Inggris.
Out of topic (1) di
hari pertama saya sampai di SD Muhammadiyah 4, saya sempat diajak berbicara in
private dengan Guru saya yang sekaligus beliau adalah penanggung jawab acara
tes, Bapak Marsudidono atau Pak Dudik. Beliau awalnya bertanya kabar dan
menanyakan kenapa kok saya ikut tes disini sambil guyon hehehe. Pak Dudik juga
bilang kalau seluruh rangkaian tes bakal berlangsung sangat ketat. Bahkan, di
tes psikotes, kalau hasil menyatakan bahwa kita tidak cocok untuk berprofesi
sebagai guru, meskipun hasil tes sebelumnya kita bagus, kita tetap tidak akan
diterima (tanpa pengecualian termasuk saya). Sebegitu ketatnya tes menjadi Guru
di SD Muhammadiyah 4.
Jadi… saya harus
merelakan petualangan saya untuk tes menjadi Guru Bahasa Inggris di SD
Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya dengan gagal di tes kedua hehehe. Saya sangat
tidak masalah walaupun saya gagal untuk lanjut ke tes psikotes karena memang
saya melakukan microteaching dengan kurang baik walaupun tes tulis, praktik,
dan wawancara saya mendapat hasil yang baik. Pengalaman yang saya dapat disini
benar-benar mahal; terutama saya bisa ketemu lagi dengan Guru-Guru saya, bisa
bertukar kabar dan informasi, masuk lagi ke gedung sekolahan, dan yang paling
berkesan yaitu masih banyak Guru yang mengingat saya walaupun saya udah lama
lulus :’) MasyaAllah.
Out of topic (2) dihari
pertama saya memasuki gedung Millennium untuk naik ke lantai 3, pada saat
semuanya mengantri untuk naik lift, saya langsung ber-inisiatif untuk menaiki
tangga karena lebih cepat dan tidak akan tersasar karena saya masih hafal
bangunan sekolah saya sendiri hehehe.
Out of topic (3) saat
saya memasuki ruangan tes baca Al-Qur’an di hari pertama, ternyata Guru yang
mengetes saya adalah Pak Ainuzzaim Azzaki, yang merupakan guru IPS saya dulu
yang masih sangat mengenal saya. Tes baca Al-Qur’an nggak sampai 5 menit, tapi
cerita-cerita nya yang banyak :’)
Out of topic (4) saya
juga bertemu wali kelas saya pada saat saya kelas 6, Bu Aliyatuz Zakiyah, yang
dimana beliau tidak berubah sama sekali, masih awet muda, dan yang terpenting
masih mengenal saya dengan baik. Sempat ngobrol bertanya kabar mama papa saya.
MasyaAllah, momen yang sangat mahal sekali.
Out of topic (5) pada
saat tes hafalan surat pendek dan doa harian, saya diuji oleh Pak Dudik (lagi)
dan Pak Ahmad yang merupakan guru Al-Islam. Disitu kami ngobrol, guyon,
bercerita, dan bernostalgia hehehe. MasyaAllah.
The last out of topic,
dihari kedua tes pada saat semua berkumpul diruang rapat, Pak Dudik menjelaskan
semua teknis wawancara dan microteaching. Pada saat menjelaskan, beliau juga
bercerita sedikit tentang keadaan Guru di SD Muhammadiyah 4. Selama Pak Dudik
bercerita, saya hanya bisa senyum-senyum sendiri karena saya sudah familiar
dengan semua cerita dan orang yang Pak Dudik maksud. Sempat Pak Dudik bilang
“ini ada yang senyum-senyum sendiri soalnya emang dia alumni sini ini, iyakan
Pak Abi?” :’’) MasyaAllah, benar-benar
momen mahal yang tidak akan saya dapatkan lagi karena bisa ketemu lagi dengan
Guru favorit saya, Pak Dudik. Beliau merupakan satu dari sekian guru favorit
saya selama SD dulu karena mengenal saya dengan sangat baik sekali.
Sekian cerita saya kali
ini, semoga membantu memberi gambaran buat teman-teman yang hendak tes menjadi
Guru di sekolah, terutama di sekolah Muhammadiyah. Maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan dan kurang penting untuk dibahas J see you on the
next post!